KATA
PENGANTAR
Rasa
syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas rahmat-NYA
makalah yang berjudul “Gangguan Psikologi Pada masa Nifas” dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari mata
kuliah PSIKOLOGI KEBIDANAN
pada Universitas Respati Yogyakarta. Selama
penyusunan makalah ini penulis
telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak dalam bentuk informasi,
motivasi serta dorongan moral dan spiritual, sehingga makalah ini tersusun dan
dapat diselesaikan sesuai dengan rencana.
Disamping
itu, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan sudah barang
tentu masih ada kesalahan-kesalahan yang luput dari pengamatan penulis. Oleh
karena itu, tegur sapa dan kritik yang konstruktif dari pembaca untuk perbaikan
dan penyempurnaan seperlunya sangat penulis harapkan.Pada akhirnya penulis
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Jogyakarta,
2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehamilan
merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan
adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita
menganggap bahwa kehamilan adalah kodrat yang harus dilalui tetapi sebagian
lagi menggapnya, sebagai peristiwa yang menetukan kebidupan selanjutnya.
Perubahan
fisik dan emosional yang komplek, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola
hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi
kebanggan yang ditumbuhkan dari norma-nomra social kultur dan persoalan dalam
kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis mulai
dari reaksi emosional emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang
berat.
Beberapa
penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam mengahadapi aktivitas dan peran
barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah
melahirkan, baik tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan
mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindroma
yang oleh para peneliti dan klinisi disebut post-partum blues.
Post-partum
blues (PPB) atau serig juga disebut maternity blues atau baby blues dimengerti
sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu
petama setelh persalinan dan ditandai dengan gejala-gejala seperti: reaksi
deprsi/sedih/disforia, menangis , mudah tersinggung (iritabilitas), cemas,
labilitas perasaan, cenderung menyalahkan diri sendiri , gangguan tidur dan
gangguan nafsu makan . Gejala-gejala ini muncul setelah persalinan dan pada
umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari .
Namun pada beberapa kasus gejala-gejala tersebut terus bertahan dan baru
menghilang setelah beberapa hari. Minggu atau bulan kemudian bahkan dapat
berkembang menjadi keadaan yang lebih berat.
B.
TUJUAN
Agar kita
sebagai seorang calon bidan dapat :
1.
Mengetahui fase-fase perubahan psikologi pada ibu
pasca partum
2. Mengetahui
apa itu post partum blues
3. Mengetahui
factor penyebab post partum blues
4. Mengetahui
gejala-gejala post partum blues
5. Memberikan
asuhan pada ibu yang mengalami post partum
C. MANFAAT
Manfaat kita sebagai seorang calon bidan
untuk mempelajari mengenai post partum blues ini, yaitu : karena kita sebagai
seorang calon bidan yang tentunya akan selalu berhadapan dengan wanita
sepanjang daur kehidupannya pastinya harus bisa memberikan asuhan pada wanita
sepanjang daur kehidupannya. Apalagi masalah post partum blues adalah masalah
yang di hadapi oleh wanita pasca persalinan dengan kita mempelajari post partum
blues tentunya kita bisa mencegah agar hal tersebut tidak di hadapi oleh ibu
pasca persalinan. Dan bagi ibu yang sudah terkena gejala post partum blues
hendaknya kita sebagai seorang tenaga kesehatan harus mencegah agar tidak
sampai pada tahap selanjutnya yaitu pada yang lebih parah lagi. Dan juga
diharapkan agar kita bisa memberikan asuhan pada ibu-ibu pasca persalinan agar
tidak mengalami post partum blues dan
juga memberikan asuhan pada ibu yang mengalami post partum blues.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
GAMBARAN UMUM
Masa nifas
(puerperium) dimulai sejak kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan saat sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
kira-kira selama 6-8 minggu.Pengawasan dan asuhan post
partum masa nifas sangat diperlukan yang tujuannya adalah menjaga kesehatan ibu
dan bayinya, baik fisik maupun psikologis, melaksanakan sekrining yang
komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi
pada ibu maupun bayinya. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian immunisasi pada saat bayi
sehat, memberikan pelayanan KB. Reaksi emosional yang biasanya muncul pada
perempuan di masa nifas pasca melahirkan yaitu:
1.‘maternity blues’ atau ‘post
partum blues’ atau ‘blues’
2.Psikois pasca persalinan
3.Depresi
pasca persalinan.
B. FASE-FASE PERUBAHAN PSIKOLOGI PADA IBU PASCA PARTUM
Seorang ibu yang berada pada periode
pascapartum mengalami banyak perubahan baik perubahan fisik maupun psikologi.
Perubahan psikologi pascapartum pada seorang ibu yang baru melahirkan terbagi
dalam tiga fase:
- taking in dimana pada fase ini ibu ingin merawat dirinya sendiri, banyak bertanya dan bercerita tentang pengalamannya selama persalinan yang berlangsung 1 sampai 2 hari.
- taking hold dimana pada fase ini ibu mulai fokus dengan bayinya yang berlangsung 4 sampai 5 minggu.
- fase letting-go dimana ibu mempunyai persepsi bahwa bayinya adalah perluasan dari dirinya, mulai fokus kembali pada pasangannya dan kembali bekerja mengurus hal-hal lain.
C.
PENGERTIAN POST PARTUM BLUES
Perubahan
tersebut merupakan perubahan psikologi yang normal terjadi pada seorang ibu
yang baru melahirkan. Namun, kadang-kadang terjadi perubahan psikologi yang
abnormal. Gangguan psikologi pascapartum dibagi menjadi tiga kategori yaitu
postpartum blues atau kesedihan pascapartum, depresi pascapartum nonpsikosis,
dan psikosis pascapartum.
Postpartum
blues dapat terjadi sejak hari pertama pascapersalinan atau pada saat fase
taking in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan
berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan.
Postpartum blues merupakan gangguan suasana hati pascapersalinan yang bisa berdampak
pada perkembangan anak karena stres dan sikap ibu yang tidak tulus
terus-menerus bisa membuat bayi tumbuh menjadi anak yang mudah menangis,
cenderung rewel, pencemas, pemurung dan mudah
sakit. Keadaan ini sering disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan
yang bila tidak segera diatasi bisa berlanjut pada depresi pascapartum yang
biasanya terjadi pada bulan pertama setelah persalinan. Saat ini postpartum
blues yang sering juga disebut maternity blues atau baby blues diketahui
sebagai suatu sindrom gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu
pertama setelah persalinan.
D.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB POST PARTUM BLUES
Etiologi atau penyebab
pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum diketahui. Namun,
banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara
lain:
1.
Faktor hormonal yang berhubungan dengan
perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar
estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum
karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu
suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang
berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.
- Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
- Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
- Latar belakang psikososial ibu
- Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
Ada beberapa hal yang menyebabkan post partum blues, diantaranya :
- Lingkungan melahirkan yang dirasakan kurang nyaman oleh si ibu.
- Kurangnya dukungan dari keluarga maupun suami.
- Sejarah keluarga atau pribadi yang mengalami gangguan psikologis.
- Hubungan sex yang kurang menyenangkan setelah melahirkan
- Tidak ada perhatian dari suami maupun keluarga
- Tidak mempunyai pengalaman menjadi orang tua dimasa kanak-kanak atau remaja. Misalnya tidak mempunyai saudara kandung untuk dirawat.
- Takut tidak menarik lagi bagi suaminya
- Kelelahan, kurang tidur
- Cemas terhadap kemampuan merawat bayinya
- Kekecewaan emosional (hamil,salin)
- Rasa sakit pada masa nifas awal
E. GEJALA-GEJALA
POST PARTUM BLUES
Gejala – gejala
postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap seorang ibu. Gejala
tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau 6 hari setelah melahirkan.
Beberapa perubahan sikap tersebut diantaranya, yaitu :
Ø sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia
Ø tidak sabar
Ø Penakut
Ø tidak mau makan
Ø tidak mau bicara
Ø sakit kepala sering
berganti mood
Ø mudah tersinggung (
iritabilitas)
Ø merasa terlalu sensitif
dan cemas berlebihan
Ø tidak bergairah
Ø tidak percaya diri
Ø khususnya terhadap hal
yang semula sangat diminati
Ø tidak mampu
berkonsentrasi dan sangat sulit membuat keputusan
Ø merasa tidak mempunyai
ikatan batin dengan si kecil yang baru saja
dilahirkan
Ø merasa tidak menyayangi
bayinya
Ø insomnia yang
berlebihan.
Gejala – gejala itu mulai muncul setelah
persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam
sampai beberapa hari. Namun jika masih berlangsung beberapa minggu atau beberapa
bulan itu dapat disebut postpartum depression.
F. PENATALAKSANAAN/CARA
MENGATASI POST PARTUM BLUES
Secara garis besar dapat
dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku, emosional,
intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama, dengan melibatkan
lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.
Cara mengatasi gangguan psikologi pada
nifas dengan postpartum blues ada dua cara yaitu :
Dengan cara pendekatan komunikasi
terapeutik
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah
menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya
dengan cara :
- Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
- Dapat memahami dirinya
- Dapat mendukung tindakan konstruktif.
- Dengan cara peningkatan support mental
Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga
diantaranya :
- Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah seperti : membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu dll.
- Memanggil orangtua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi kesibukan merawat bayi
- Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian terhadap istrinya
- Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir
- Memperbanyak dukungan dari suami
- Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan
- Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan
- Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu
- mengganti suasana, dengan bersosialisasi
- Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya
Selain hal diatas, penanganan pada klien postpartum blues pun dapat
dilakukan pada diri klien sendiri, diantaranya dengan cara :
- Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi
- Tidurlah ketika bayi tidur
- Berolahraga ringan
- Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
- Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
- Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
- Bersikap fleksibel
- Kesempatan merawat bayi hanya datang 1 x
- Bergabung dengan kelompok ibu
G. CARA
MENCEGAH POST PARTUM BLUES
Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko Postpartum
Blues yaitu :
- Pelajari diri sendiri
Pelajari dan mencari
informasi mengenai Postpartum Blues, sehingga Anda sadar terhadap kondisi ini.
Apabila terjadi, maka Anda akan segera mendapatkan bantuan secepatnya.
2.
Tidur dan makan yang cukup
Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik
dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode postpartum
dan kehamilan.
3.
Olahraga
Olahraga adalah kunci untuk mengurangi postpartum. Lakukan peregangan
selama 15 menit dengan berjalan setiap hari, sehingga membuat Anda merasa lebih
baik dan menguasai emosi berlebihan dalam diri Anda.
4.
Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah
atau pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara
sederhana dan menghindari stres, sehingga dapat segera dan lebih mudah
menyembuhkan postpartum yang diderita.
5.
Beritahukan perasaan
Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang Anda
inginkan dan butuhkan demi kenyamanan Anda sendiri. Jika memiliki masalah dan
merasa tidak nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan pada pasangan atau
orang terdekat.
6.
Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan
Dukungan dari keluarga atau orang yang Anda cintai selama melahirkan,
sangat diperlukan. Ceritakan pada pasangan atau orangtua Anda, atau siapa
saja yang bersedia menjadi pendengar yang baik. Yakinkan diri Anda, bahwa
mereka akan selalu berada di sisi Anda setiap mengalami kesulitan.
7.
Persiapkan diri dengan baik
Persiapan sebelum melahirkan sangat diperlukan.
8.
Senam Hamil
senam hamil akan sangat membantu Anda dalam mengetahui berbagai informasi
yang diperlukan, sehingga nantinya Anda tak akan terkejut setelah keluar dari
kamar bersalin. Jika Anda tahu apa yang diinginkan, pengalaman traumatis saat
melahirkan akan dapat dihindari.
9.
Lakukan pekerjaan rumah tangga
10. Dukungan emosional
Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga, akan membantu Anda dalam
mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada mereka bagaimana
perasaan serta perubahan kehidupan Anda, hingga Anda merasa lebih baik
setelahnya.
BAB III
KASUS POST
PARTUM BLUES
Ny. “M” dengan kehamilan pertamanya
telah melahirkan seorang anak yang berjenis kelamin lak-laki di BPS Prita Yeni
Surantiah Pesisir Selatan dengan partus spontan dan normal.
Tetapi setelah ± 3 hari post partum ibu mengatakan
kurang tidur karena bayinya yang selalu menangis, ibu juga mengatakan bahwa ia
kurang percaya diri dalam merawat bayinya. Selain itu : suami ibu juga
mengatakn ibu sensitive dan mudah tersinggung dan juga kurang menyayangi
bayinya.
Penanganan:
Hal-hal yang disarankan pada ibu adalah sebagai
berikut:
- Minta bantuan suami atau keluarga jika ibu ingin istirahat
- Beritahu suami tentang apa yang dirasakan oleh ibu
- Buang rasa cemas dan khawatir akan kemampuan merawat bayi
- Meluangkan waktu dan cari hiburan untuk diri sendiri
komunikasikan segala permasalahan
atau hal lain yang ingin di ungkapkan,bicarakan rasa cemas yang
dialami,bersikap tulus dan ikhlas dalam menerima aktivitas san peran baru
setelah melahirkan,bersikap fleksibel dan tidak terlalu perfectsionis dalam
mengurus bayi dan rumah tangga,belajar tenang dan menarik nafas panjang dan
meditasi,kebutuhan istirahat yang cukup,tidurlah ketika bayi sedang
tidur,berolah raga ringan,bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru,dukungan
tenaga kesehatan,dukungan suami,keluarga,teman,teman sesama ibu,konsultasikan
pada dokter atau orang yang professional agar dapat meminimalisir faktor resiko
lainnya dan melakukan pengawasan.
Inti dari Asuhan yang
diberikan mencakup perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis
klien secara bersamaan dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga
dan juga teman dekatnya.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Baby blues atau
postpartum blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak
nyaman setelah persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi,
atau pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat
persalinan, terjadi perubahan hormon yang melibatkan endorphin, progesteron,
dan estrogen dalam tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan
emosional Ibu.
Penanganan gangguan
mental postpartum pada prinsipnya tidak berbeda dengan penanganan gangguan
mental pada momen-momen lainya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis
seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka
membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari
situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan dan/atau
istirahat, dan seringkali akan merasa gembira mendapat pertolongan yang
praktis.
Inti dari Asuhan yang
diberikan mencakup perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis
klien secara bersamaan dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga
dan juga teman dekatnya.
SARAN
Dengan pembuatan makalah
ini diharapkan pembaca bisa memahami konsep dasar postpartum blues dan
bagaimana penerapan asuhan yang tepat diberikan kepada pasien yang menderita
masalah tersebut. Post-partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan
mental yang ringan oleh sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak
terdiagnosis dan tidak ditatalaksanai sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat
menjadi masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat membuat perasaan
perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya. Setelah diketahui
bagaimana asuhan yang benar maka diharapkan postpartum blues ini berkurang atau
dapat ditangani dengan benar. Selain itu, diharapkan pembaca dapat membagi
informasi ini kepada masyarakat dan dapat mempraktekkan ilmunya saat di
lapangan nantinya.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar
Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Andi : Yogyakarta.
·
Prawirohardjo, Sarwono.2008.Ilmu
Kebidanan.Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
·
Sastrawinata, R.S., Inversio Uteri,
Obstetri Patologi, hal 238-242, Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran UNDIP, Bandung, 1984.
·
Mansjoer Arif et.al., Perdarahan Pasca
Persalinan, Ilmu Kebidanan dan Kandungan, Kapita Selekta, Edisi 3, Jilid I, hal
313, Medik Aesculapius, Jakarta, 1999.
·
Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi
T. Perdarahan Post Partum. Dalam : Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi 3. Jakarta :
YBP-SP. 2002.
0 komentar:
Posting Komentar