Pages

Subscribe:

Kamis, 23 Mei 2013

POST PARTUM BLUES



KATA PENGANTAR
  
Rasa syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas rahmat-NYA makalah yang berjudul “Gangguan Psikologi Pada masa Nifas” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari mata kuliah PSIKOLOGI KEBIDANAN  pada Universitas Respati Yogyakarta. Selama penyusunan makalah ini penulis telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak dalam bentuk informasi, motivasi serta dorongan moral dan spiritual, sehingga makalah ini tersusun dan dapat diselesaikan sesuai dengan rencana.
Disamping itu, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan sudah barang tentu masih ada kesalahan-kesalahan yang luput dari pengamatan penulis. Oleh karena itu, tegur sapa dan kritik yang konstruktif dari pembaca untuk perbaikan dan penyempurnaan seperlunya sangat penulis harapkan.Pada akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
          


                                                                                                Jogyakarta, 2013

                                                                                                     Penulis




BAB I
PENDAHULUAN

      A.   LATAR BELAKANG

Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah kodrat yang harus dilalui tetapi sebagian lagi menggapnya, sebagai peristiwa yang menetukan kebidupan selanjutnya.
Perubahan fisik dan emosional yang komplek, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi kebanggan yang ditumbuhkan dari norma-nomra social kultur dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis mulai dari reaksi emosional emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.
Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam mengahadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindroma yang oleh para peneliti dan klinisi disebut post-partum blues.
Post-partum blues (PPB) atau serig juga disebut maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu petama setelh persalinan dan ditandai dengan gejala-gejala seperti: reaksi deprsi/sedih/disforia, menangis , mudah tersinggung (iritabilitas), cemas, labilitas perasaan, cenderung menyalahkan diri sendiri , gangguan tidur dan gangguan nafsu makan . Gejala-gejala ini muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari . Namun pada beberapa kasus gejala-gejala tersebut terus bertahan dan baru menghilang setelah beberapa hari. Minggu atau bulan kemudian bahkan dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat.
B.   TUJUAN
Agar kita sebagai seorang calon bidan dapat :
1.      Mengetahui fase-fase perubahan psikologi pada ibu pasca partum
2.      Mengetahui apa itu post partum blues
3.      Mengetahui factor penyebab post partum blues
4.      Mengetahui gejala-gejala post partum blues
5.      Memberikan asuhan pada ibu yang mengalami post partum

C.   MANFAAT
   Manfaat kita sebagai seorang calon bidan untuk mempelajari mengenai post partum blues ini, yaitu : karena kita sebagai seorang calon bidan yang tentunya akan selalu berhadapan dengan wanita sepanjang daur kehidupannya pastinya harus bisa memberikan asuhan pada wanita sepanjang daur kehidupannya. Apalagi masalah post partum blues adalah masalah yang di hadapi oleh wanita pasca persalinan dengan kita mempelajari post partum blues tentunya kita bisa mencegah agar hal tersebut tidak di hadapi oleh ibu pasca persalinan. Dan bagi ibu yang sudah terkena gejala post partum blues hendaknya kita sebagai seorang tenaga kesehatan harus mencegah agar tidak sampai pada tahap selanjutnya yaitu pada yang lebih parah lagi. Dan juga diharapkan agar kita bisa memberikan asuhan pada ibu-ibu pasca persalinan agar tidak mengalami post partum  blues dan juga memberikan asuhan pada ibu yang mengalami post partum blues.






BAB II
PEMBAHASAN

A.    GAMBARAN UMUM
Masa nifas (puerperium) dimulai sejak kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan saat sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira selama 6-8 minggu.Pengawasan dan asuhan post partum masa nifas sangat diperlukan yang tujuannya adalah menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis, melaksanakan sekrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian immunisasi pada saat bayi sehat, memberikan pelayanan KB. Reaksi emosional yang biasanya muncul pada perempuan di masa nifas pasca melahirkan yaitu:
1.‘maternity blues’ atau ‘post partum blues’ atau ‘blues’
2.Psikois pasca persalinan
3.Depresi pasca persalinan.

B. FASE-FASE  PERUBAHAN PSIKOLOGI PADA IBU PASCA PARTUM
Seorang ibu yang berada pada periode pascapartum mengalami banyak perubahan baik perubahan fisik maupun psikologi. Perubahan psikologi pascapartum pada seorang ibu yang baru melahirkan terbagi dalam tiga fase:
  • taking in dimana pada fase ini ibu ingin merawat dirinya sendiri, banyak bertanya dan bercerita tentang pengalamannya selama persalinan yang berlangsung 1 sampai 2 hari.
  • taking hold dimana pada fase ini ibu mulai fokus dengan bayinya yang berlangsung 4 sampai 5 minggu.
  • fase letting-go dimana ibu mempunyai persepsi bahwa bayinya adalah perluasan dari dirinya, mulai fokus kembali pada pasangannya dan kembali bekerja mengurus hal-hal lain.

C.    PENGERTIAN POST PARTUM BLUES
Perubahan tersebut merupakan perubahan psikologi yang normal terjadi pada seorang ibu yang baru melahirkan. Namun, kadang-kadang terjadi perubahan psikologi yang abnormal. Gangguan psikologi pascapartum dibagi menjadi tiga kategori yaitu postpartum blues atau kesedihan pascapartum, depresi pascapartum nonpsikosis, dan psikosis pascapartum.
Postpartum blues dapat terjadi sejak hari pertama pascapersalinan atau pada saat fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan. Postpartum blues merupakan gangguan suasana hati pascapersalinan yang bisa berdampak pada perkembangan anak karena stres dan sikap ibu yang tidak tulus terus-menerus bisa membuat bayi tumbuh menjadi anak yang mudah menangis, cenderung rewel, pencemas, pemurung dan mudah sakit. Keadaan ini sering disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan yang bila tidak segera diatasi bisa berlanjut pada depresi pascapartum yang biasanya terjadi pada bulan pertama setelah persalinan. Saat ini postpartum blues yang sering juga disebut maternity blues atau baby blues diketahui sebagai suatu sindrom gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan.
D.    FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB POST PARTUM BLUES
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara lain:
1.      Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.
  1. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
  2. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
  3. Latar belakang psikososial ibu
  4. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
Ada beberapa hal yang menyebabkan post partum blues, diantaranya :
  1. Lingkungan melahirkan yang dirasakan kurang nyaman oleh si ibu.
  2. Kurangnya dukungan dari keluarga maupun suami.
  3. Sejarah keluarga atau pribadi yang mengalami gangguan psikologis.
  4. Hubungan sex yang kurang menyenangkan setelah melahirkan
  5. Tidak ada perhatian dari suami maupun keluarga
  6. Tidak mempunyai pengalaman menjadi orang tua dimasa kanak-kanak atau remaja. Misalnya tidak mempunyai saudara kandung untuk dirawat.
  7. Takut tidak menarik lagi bagi suaminya
  8. Kelelahan, kurang tidur
  9. Cemas terhadap kemampuan merawat bayinya
  10. Kekecewaan emosional (hamil,salin)
  11. Rasa sakit pada masa nifas awal
E.    GEJALA-GEJALA POST PARTUM BLUES
Gejala – gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap seorang ibu. Gejala tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau 6 hari setelah melahirkan. Beberapa perubahan sikap tersebut diantaranya, yaitu :
Ø  sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia
Ø   tidak sabar
Ø   Penakut
Ø   tidak mau makan
Ø   tidak mau bicara
Ø   sakit kepala sering berganti mood
Ø   mudah tersinggung ( iritabilitas)
Ø   merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan
Ø   tidak bergairah
Ø   tidak percaya diri
Ø   khususnya terhadap hal yang semula sangat diminati
Ø   tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit membuat keputusan
Ø   merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru saja  dilahirkan
Ø   merasa tidak menyayangi bayinya
Ø   insomnia yang berlebihan.
Gejala – gejala itu mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun jika masih berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan itu dapat disebut postpartum depression.

F. PENATALAKSANAAN/CARA MENGATASI POST PARTUM BLUES
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama,  dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.
Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues ada dua cara yaitu :
Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
  1. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
  2. Dapat memahami dirinya
  3. Dapat mendukung tindakan konstruktif.
  4. Dengan cara peningkatan support mental
Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga diantaranya :
  1. Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah seperti : membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu dll.
  2. Memanggil orangtua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi kesibukan merawat bayi
  3. Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian terhadap istrinya
  4. Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir
  5. Memperbanyak dukungan dari suami
  6. Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan
  7. Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan
  8. Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu
  9. mengganti suasana, dengan bersosialisasi
  10. Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya
Selain hal diatas, penanganan pada klien postpartum blues pun dapat dilakukan pada diri klien sendiri, diantaranya dengan cara :
  1. Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi
  2. Tidurlah ketika bayi tidur
  3. Berolahraga ringan
  4. Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
  5. Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
  6. Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
  7. Bersikap fleksibel
  8. Kesempatan merawat bayi hanya datang 1 x
  9. Bergabung dengan kelompok ibu
G. CARA MENCEGAH POST PARTUM BLUES
Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko Postpartum Blues yaitu :
  1. Pelajari diri sendiri
Pelajari dan mencari informasi mengenai Postpartum Blues, sehingga Anda sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka Anda akan segera mendapatkan bantuan secepatnya.
2.      Tidur dan makan yang cukup
Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode postpartum dan kehamilan.
3.      Olahraga
Olahraga adalah kunci untuk mengurangi postpartum. Lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan setiap hari, sehingga membuat Anda merasa lebih baik dan menguasai emosi berlebihan dalam diri Anda.
4.      Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah atau pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara sederhana dan menghindari stres, sehingga dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan postpartum yang diderita.
5.      Beritahukan perasaan
Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang Anda inginkan dan butuhkan demi kenyamanan Anda sendiri. Jika memiliki masalah dan merasa tidak nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan pada pasangan atau orang terdekat.
6.      Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan
Dukungan dari keluarga atau orang yang Anda cintai selama melahirkan, sangat diperlukan. Ceritakan pada pasangan atau  orangtua Anda, atau siapa saja yang bersedia menjadi pendengar yang baik. Yakinkan diri Anda, bahwa mereka akan selalu berada di sisi Anda setiap mengalami kesulitan.
7.      Persiapkan diri dengan baik
Persiapan sebelum melahirkan sangat diperlukan.
8.      Senam Hamil
senam hamil akan sangat membantu Anda dalam mengetahui berbagai informasi yang diperlukan, sehingga nantinya Anda tak akan terkejut setelah keluar dari kamar bersalin. Jika Anda tahu apa yang diinginkan, pengalaman traumatis saat melahirkan akan dapat dihindari.
9.      Lakukan pekerjaan rumah tangga
10.  Dukungan emosional
Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga, akan membantu Anda dalam mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada mereka bagaimana perasaan serta perubahan kehidupan Anda, hingga Anda merasa lebih baik setelahnya.








BAB III
KASUS POST PARTUM BLUES

Ny. “M” dengan kehamilan pertamanya telah melahirkan seorang anak yang berjenis kelamin lak-laki di BPS Prita Yeni Surantiah Pesisir Selatan dengan partus spontan dan normal.
Tetapi setelah ± 3 hari post partum ibu mengatakan kurang tidur karena bayinya yang selalu menangis, ibu juga mengatakan bahwa ia kurang percaya diri dalam merawat bayinya. Selain itu : suami ibu juga mengatakn ibu sensitive dan mudah tersinggung dan juga kurang menyayangi bayinya.

Penanganan:
Hal-hal yang disarankan pada ibu adalah sebagai berikut:
  1. Minta bantuan suami atau keluarga jika ibu ingin istirahat
  2. Beritahu suami tentang apa yang dirasakan oleh ibu
  3. Buang rasa cemas dan khawatir akan kemampuan merawat bayi
  4. Meluangkan waktu dan cari hiburan untuk diri sendiri
komunikasikan segala permasalahan atau hal lain yang ingin di ungkapkan,bicarakan rasa cemas yang dialami,bersikap tulus dan ikhlas dalam menerima aktivitas san peran baru setelah melahirkan,bersikap fleksibel dan tidak terlalu perfectsionis dalam mengurus bayi dan rumah tangga,belajar tenang dan menarik nafas panjang dan meditasi,kebutuhan istirahat yang cukup,tidurlah ketika bayi sedang tidur,berolah raga ringan,bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru,dukungan tenaga kesehatan,dukungan suami,keluarga,teman,teman sesama ibu,konsultasikan pada dokter atau orang yang professional agar dapat meminimalisir faktor resiko lainnya dan melakukan pengawasan.
Inti dari Asuhan yang diberikan mencakup perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis klien secara bersamaan dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.


























BAB IV
PENUTUP

  KESIMPULAN
Baby blues atau postpartum blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman setelah persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat persalinan, terjadi perubahan hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen dalam tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.
Penanganan gangguan mental postpartum pada prinsipnya tidak berbeda dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa gembira mendapat pertolongan yang praktis.
Inti dari Asuhan yang diberikan mencakup perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis klien secara bersamaan dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.

  SARAN
Dengan pembuatan makalah ini diharapkan pembaca bisa memahami konsep dasar postpartum blues dan bagaimana penerapan asuhan yang tepat diberikan kepada pasien yang menderita masalah tersebut. Post-partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan oleh sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksanai sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat membuat perasaan perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya. Setelah diketahui bagaimana asuhan yang benar maka diharapkan postpartum blues ini berkurang atau dapat ditangani dengan benar. Selain itu, diharapkan pembaca dapat membagi informasi ini kepada masyarakat dan dapat mempraktekkan ilmunya saat di lapangan nantinya.




















DAFTAR PUSTAKA

·         Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Andi : Yogyakarta.
·         Prawirohardjo, Sarwono.2008.Ilmu Kebidanan.Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
·         Sastrawinata, R.S., Inversio Uteri, Obstetri Patologi, hal 238-242, Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNDIP, Bandung, 1984.
·         Mansjoer Arif et.al., Perdarahan Pasca Persalinan, Ilmu Kebidanan dan Kandungan, Kapita Selekta, Edisi 3, Jilid I, hal 313, Medik Aesculapius, Jakarta, 1999.
·         Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Perdarahan Post Partum. Dalam : Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi 3. Jakarta : YBP-SP. 2002.


0 komentar:

Posting Komentar