Pages

Subscribe:

Kamis, 23 Mei 2013

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN CMV DAN RUBELLA









                  KATA PENGANTAR                                 


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, hidayah, serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Asuhan Kebidanan Pada ibu hamil Patologi, yang berjudul “ ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN CMV DAN RUBELLA“ ini dapat selesai dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas perkuliahan Asuhan Kebidanan patologi pada semester IV. Semoga makalah ini bermanfaat  dan dapat menambah wawasan maupun pengetahuan serta dijadikan dasar dalam menuntut ilmu bagi para pembaca.
 Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah selanjutnya.



                                                                   Yogyakarta,  April 2013

                                                                                                                   Penulis




DAFTAR ISI


 



BAB I

a.      Latar belakang

Cytomegalovirus merupakan anggota keluarga virus herpes yang biasa disebut herpes viridae. CMV sering disebut sebagai dapat berakibat fatal, atau dapat juga hanya diam didalam tubuh penderita seumur hidupnya.
Terjadinya penularan dan tingkat keparahan infeksi pada janin dan bayi bervariasi, tergantung tipe infeksi yang terjadi pada ibu. Jika ibu terinfeksi pertama kali pada saat kehamilan (infeksi primer), maka kemungkinan janin tertular sekitar 20-40%, dan tampak pada janin lebih parah sekitar 10-15% janin yang terinfeksi mengalami gejala klinis pada saat dilahirkan. Pada infeksi pada ibu terjadi sebelum hamil. Terjadinya penularan pada bayi lebih kecilyaitu 0, 2- 2 ,2% dan pada umumnya bayi jarang menunjukkan gejala klinis pada saat dilahirkan.
Frekuensi infeksi intrauterin pada infeksi maternal primer jauh lebih tinggi daripada infeksi maternal rekuren, yaitu 40% berbanding 1%. Demikian juga gejala sekuelensinyajauh lebih sering pada bayi terinfeksi kongenital dari ibu dengan infeksi primer sewaktu atau beberapa waktu sebelum kehamilannya kurang lebih 1% (antara 0,4- 2,3%) bayi baru lahir terinfeksi CMV merupakan infeksi kongenital yang paling sering terjadi p[ada manusia. Sebanyak 5%-10% bayi-bayi tersebut akan menunjukkan gejala-gejala (sympomatik)npada masa bayi dan akan mengalami sekuele neorologik.
Sisanya sebanyak 90%-95% bayi tidak menunjukkan gejala (asymptomatik) sewaktu dilahirkan. Sebanyak 13- 24% bayi-bayi asymptomatik tersebut dapat mengalami cacat bermakna dikemudian hari seperti tuli saraf dan gangguan perkembangan sekitar 2-28% ibu hamil yang terinfeksi dapat menularkan CMV kepada bayinya melalui lendir vagina/serviks pada saat proses persalinan. Rata-rata 50% bayi yang terpapar CMV akan mengalami infeksi muncul pada usia bayi 4-6 minggu.
ASI yang terinfeksi mengandung CMV dapat menjadi sumber penularan bagi bayi pada saat penularan bagi bayi pada saat menyusui. Rata-rata 50-60% bayi yang mengkonsumsi ASI mnegandung CMV akan terinfeksi. Tetapi karena CMV yang terdapat pada ASI umumnya akibat reaktifitas virus (infeksi sekunder) maka kebanyakan bayi yang tertular tidak sakit karena telah memiliki antibodi dari ibunya. Tingkat antibodi maternal tidak mempengaruhi frekuensi dan onset infeksi paad bayi.

b.      Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang yang telah diiuraikan diatas, maka asuhan kebidanan sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah Infeksi yang menyertai kehamilan dan persalinan ini.

c.       Tujuan Penulisan

Makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan sebagai lahan pertimbagan dalam pengembagan asuhan pada kasus CMV (Cytomegalo Virus) dan Rubella.

d.      Manfaat Penulisan

Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dengan infeksi CMV dan Rubella dengan mengetahui isi makalah dan dengan mendalami menajeman kebidanan.



CMV (CYTOMEGALOVIRUS)

1.      Pengertian

Cytomegalovirus atau lebih sering di sebut dengan CMV adalah infeksi oportiunistik yang berhubungan dengan HIV. Virus ini dibawa oleh sekitar 50% populasi dan 90% penderita dengan HIV. Cytomegalovirus juga merupakan anggota keluarga virus herpes yang biasa disebut herpes viridae. CMV sering disebut sebagai dapat berakibat fatal, atau dapat juga hanya diam didalam tubuh penderita seumur hidupnya.

2.      Epidemiologi

Human Cytomegalovirus (HCMV/CMV) atau human herpes virus 5 ditularkan melalui kontak intim dan atau berulang dengan pengidap virus, melalui transmisi vertikaldari ibu ke janin, transfus produk darah dan transplantasi oragan atau sum-sum tulang dan donor sero positif CMV. Virus dapat ditemukan dalam urine, sekresi orofaring, sekresi serviks, vagina, semen, ASI, air mata, dan darah.
CMV dapat menyebabkan infeksi primer atau rekuan sekunder dapat menyebabkan infeksi kongenital. Infeksi CMV kongenital dapat terjadi pada bayi seorang ibu yang imun terhadap CMV meskipun terdapat antibody dalam serum ibu. Disamping itu ibu dapat melahirkan lebih dari seorang bayi dengan infeksi kongenital yang disebabkan reaktivitas infeksi laten. Diduga infeksi CMV kongenital simptomatik terjadi dalam trimester I  atau II, terutama bila mengakibatkan kerusakan susunan syaraf pusat.
Janin dan bayi yang baru lahir dapat terinfeksi CMV karena tertular dari ibunya yang baru terinfeksi pada saat hamil. Atau ia terinfeksi lagi (oleh CMV jenis yang sama atau jenis lain) pada saat hamil.
Penularan dari ibu kepada janin atau bayinya dapat terjadi pada saat:
a.       Bayi masih dalam kandungan (infeksi prenatal) dimana virus ditularkan melalui darah, plasenta, yang menyebabkan infeksi kongenital atau infeksi bawaan.
b.      Proses melahirkan, dimana bayi kontak langsung dengan lendir vagina/ serviks sang ibu yang mengandung CMV.
c.       Setelah lahir, (infeksi postnatal)terutama kontak dengan ASI dan air liur.
Terjadinya penularan dan tingkat keparahan infeksi pada janin dan bayi bervariasi, tergantung tipe infeksi yang terjadi pada ibu. Jika ibu terinfeksi pertama kali pada saat kehamilan (infeksi primer), maka kemungkinan janin tertular sekitar 20-40%, dan tampak pada janin lebih parah sekitar 10-15% janin yang terinfeksi mengalami gejala klinis pada saat dilahirkan. Pada infeksi pada ibu terjadi sebelum hamil. Terjadinya penularan pada bayi lebih kecilyaitu 0, 2- 2 ,2% dan pada umumnya bayi jarang menunjukkan gejala klinis pada saat dilahirkan.
Frekuensi infeksi intrauterin pada infeksi maternal primer jauh lebih tinggi daripada infeksi maternal rekuren, yaitu 40% berbanding 1%. Demikian juga gejala sekuelensinyajauh lebih sering pada bayi terinfeksi kongenital dari ibu dengan infeksi primer sewaktu atau beberapa waktu sebelum kehamilannya kurang lebih 1% (antara 0,4- 2,3%) bayi baru lahir terinfeksi CMV merupakan infeksi kongenital yang paling sering terjadi p[ada manusia. Sebanyak 5%-10% bayi-bayi tersebut akan menunjukkan gejala-gejala (sympomatik)npada masa bayi dan akan mengalami sekuele neorologik.
Sisanya sebanyak 90%-95% bayi tidak menunjukkan gejala (asymptomatik) sewaktu dilahirkan. Sebanyak 13- 24% bayi-bayi asymptomatik tersebut dapat mengalami cacat bermakna dikemudian hari seperti tuli saraf dan gangguan perkembangan sekitar 2-28% ibu hamil yang terinfeksi dapat menularkan CMV kepada bayinya melalui lendir vagina/serviks pada saat proses persalinan. Rata-rata 50% bayi yang terpapar CMV akan mengalami infeksi muncul pada usia bayi 4-6 minggu.
ASI yang terinfeksi mengandung CMV dapat menjadi sumber penularan bagi bayi pada saat penularan bagi bayi pada saat menyusui. Rata-rata 50-60% bayi yang mengkonsumsi ASI mnegandung CMV akan terinfeksi. Tetapi karena CMV yang terdapat pada ASI umumnya akibat reaktifitas virus (infeksi sekunder) maka kebanyakan bayi yang tertular tidak sakit karena telah memiliki antibodi dari ibunya. Tingkat antibodi maternal tidak mempengaruhi frekuensi dan onset infeksi paad bayinya.

3.      Manifestasi Klinik

Pada manusia sehat dengan kehamilan atau imunokompeten penyakit infeksi CMV seringkali asymptomatik. Gejala yang kadang timbul berupa gejala mirip mononukleus tanpa disertai faringitis, tonsillitis, atau limfadenopati. Penularan secara vertikal pada infeksi primer ataupun sekunder /rekuren belum dapat diprediksi. Janin dalam kandungan tidak akan dapat terinfeksi baik pada infeksi primer maupun sekunder/rekuren. Pada infeksi CMV kongenital sympomatikdiagnosisnya dapat diperlukan secara klinis manifestasi klinisnya antara lain berupa retardasi pertumbuhan, intrauterin, kuning, hepatosplenomegali, asites, petekie, atau pupura, pneumonitis, trombositopenia, hepatitis, hiperbilirubinemia, dan anemia himolitik.

4.      Diagnosa Pada Ibu Hamil

Infeksi CMV pada ibu hamil dapat memberikan  gejala asyptomatis atau gejala tidak khas dan mempunyai spectrum yang luas sehingga memerlukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis. Bila pemeriksaan serologis menunjukkan hasil negatif ataupun positif maka perlu dilakukan konseling untuk mencegah infeksi CMV baik primer maupun sekunder /rekuren. Pada skrinning ibu hamil dengan pemeriksaan serologis digunakan kombinasi anti-CMV igG dan igm pada ibu hamil kurang dari 12minggu. Pada ibu seronegatif dilakukan pemeriksaan ulangan pada kehamilan 6-18 minggu. Pada ibu dengan serokonversi atau anti-CMV positif dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Penentuan infeksi CMV aktif daapt juga ditentukan oleh pemeriksaan antigenemiam, deteksi dan pengukuran dengan pp65 pada leukositdara tepi hasil pemeriksaan antigenemia mempunyai sensitivitas 60-70%.



RUBELLA

1.      Pengertian

Infeksi virus Rubella merupakan penyakit ringan pada anak dan dewasa, tetapi apabila terjadi pada ibu yang sedang mengandung virus ini dapat menembus dinding plasenta dan langsung menyerang janin. Rubella atau dikenal juga dengan nama campak jerman adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Rubella. Virus biasanya menginfeksi tubuh melalui pernafasan seperti hidung dan tenggorokan. Anak-anak biasanya lebih cepat sembuh dibandingkan orang dewasa.
Virus ini menular melalui udara. Selain itu virus Rubella dapat ditularkan melalui urine, kontak pernafasan, dan memiliki masa inkubasi 2-3 minggu. Penderita dapat menularkan virus selamaseminggu sebelum dan sesudah timbulnya Rush (ruam) pada kulit. Rash Rubella berwarna merah jambu, akan menghilang 2-3 hari, dan tidak selalu muncul dalam setiap kasus infeksi. Sindroma kongenital terjadi pada 25% atau lebih pada bayi yang lahir dari ibu yang menderita rubella pada trimester pertama. Jika ibu menderita infeksi ini setelah kehamilan berusia lebih dari 20 minggu, jarang terjadi kelainan bawaan pada bayi. Kelainan bawaan yang bisa ditemukan pada bayi baru lahir adalah tuli, katarak, mikrosefalus, keterbelakangan mental, kelainan jantung bawaan, dan kelainan lainnya.
Rubella walaupun merupakan penyakit yang tidak berarti diluar kehamilan, jelas menungkatkan angka kematian perinatal yang sering menyebabkan cacat bawaan pada janin. Yang terakhir terutama dijumpai apabila infeksi terjadi dalam kehamilan triwulan I (30-50%), lebih dini lebih besar kemungkinannya. Diagnosis pasti dapat dibuat dengan isolasi virus, atau dengan ditemukannya titer antibodi Rubella dalam serum. Pemeriksaan satu kali saja tidak memberikan kepastian karena banyak orang dewasa sudah kebal terhadap Rubella. Apabila titer 1:10 atau lebih, maka ini dapat dianggap bahwa wanita sudah kebal. Apabila titer mula-mula 1:8atau kurang, pada pemeriksaan10-14 hari berikutnya ditemukan titer yang 4 kali lebih tinggi, maka kemungkinan viremia sangat besar, walaupun gejala-gejala klinisnya tidak timbul.
Penyakit ini disebabkan oleh virus Rubella, meskipun indikasi atau penyakitnya mirip dengan campak, tapi penyakit ini disebabkan oleh virus yang berbeda dengan virus campak. Penyakit ini biasa menyerang sekali seumur hidup jika terkena pada ibu-ibu hamil, virus rubella dapat menembus plasenta dan menyerang janin yang sedang tumbuh sehingga menyebabkan janin yang dikandung akan cacat.
Infeksi Rubella berbahaya bila terjadi pada ibu hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan, maka terjadi resiko kehamilan, maka terjadi resiko kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi terjadi pada trimester pertama maka resikonyamenjadi 25%

2.      Penyakit Rubella dan Kehamilan

Pada umumnya sebelum pasangan merencanakan untuk hamil, dianjurkan untuk melakukan test TORCH, dimana salah satu yang ditest adalah memastikan bahwa pasangan yang bersangkutan telah memiliki kekebalan terhadap Rubella.
Gejala-gejala Rubella pada dasarnya hampir sama dengan campak biasa yang telah dikenal dengan ciri-ciri panas tinggi, pusing kepala, sakit yang berkesinambungan, dan tenggorokan kering. Selain itu biasanya juga disertai dengan timbulnya bercak-bercak merah layaknya gejala DBD (Demam Berdarah Dengue).
Gejala-gejala infeksi Rubella : Pembengkakan pada kalenjar getah bening, demam diatas 380C, mata terasa nyeri, muncul bintik-bintik merah diseluruh tubuh, kulit kering, sakit pada persendian, sakit kepala, hilang nafsu makan.
Pada trimester I (minggu pertama-13), jika ibu hamil mendapatkan Rubella pada masa ini maka kemungkinan berakibat fatal (90%)pada janin. Sesudah minggu kesepuluh, resiko cacat fisik dan non-fisik pada janin kurang masih dimungkinkan terjadinya cacat non-fisik berupa kurang berfungsinya pendengaran ataupun penglihatan pada bayi yang kemungkinan baru bisa disembuhkan ketika mereka beranjak dewasa. Pada masa-masa ini bisa jadi para dokter kandungan merokomendasikan untuk menggugurkan kandungan. Pada trimester kedua pada minggu ke-14 dan ke-15 pada umumnya resiko penularan ke janin juga semakin kecil. Namun masih dimungkinkan terjadi kecacatan pada pendegaran dan penglihatan. Pada trimester ketiga setelah minggu ke-16 resiko cacat pada janin boleh dibilang sudah hampir tidak ada. Oleh karena itu sangat disarankan pada para ibu hamil untuk menghindari orang yang sedang terkena Rubella khususnya pada trimester pertama.

3.      Manifestasi Klinik

Lebih dari 50% kasus infeksi Rubella pada ibu hamil bersifat subklinis atau tanpa gejala sehingga sering tidak disadari. Karena dapat berdampak negatif bagi janin yang dikandungnya maka deteksi infeksi Rubella pada ibu hamil yang belum memiliki kekebalan terhadap infeksi Rubella sangat penting, resiko tertularnya janin yang dikandung oleh ibu terinfeksi Rubella bervariasi, tergantung kapan ibu terinfeksi. Resiko janin tertular meningkat hingga 100%jika ibu terinfekai saat usia kehamilan > 36 minggu. Janin yang tertular beresiko mengalami sindrom Rubella kongenital, terutama bilainfeksi terjadi pada usia janin < 4 bulan. Meskipun infeksi dapat terjadi sepanjang kehamilan, namun jarang terjadi kelainan bila infeksi terjadi setelah usia kehamilan > 20 minggu.

4.      Pemeriksaan Rubella

Ada beberapa pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi infeksi Rubella, ayng lazimnya dilakukan adalah peemriksaan anti Rubella igM dan anti Rubella igG, pada darah ibu. Seorang ibu positif Rubella apabila hasil laboratorium menunjukkan Rubella igM-nya negatif dan Rubella igG –nya positif. Pemeriksaan anti-Rubella dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil, jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan, untuk divaksinasi. Pemeriksaan Anti-Rubella igG dan igM terutama sangat berguna untuk diagnosisinfeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan resiko infeksi Rubella bawaan.
Untuk memastikan apakah janin terinfeksi atau tidak, maka dilakukan pendeteksian virus Rubella dengan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban (Cairan Amnion) atau darah janin. Pengambilan sample air ketuban ataupun darah janin harus dilakukan oleh dokter ahli kandungan dan kebidanan, dan hanya dapat dilakukan setelah usia diatas 22minggu. Infeksi terjadi melalui kontak langsung dengan penderita.

5.      Cara Pencegahan

Lakukan penyuluhan kepada masyarakat umum mengenai cara penularan dan pentingnya imunisasi Rubella. Penyuluhan oleh petugas kesehatan sebaiknya menganjurkan pemberian imunisasi rubella untuk semua orang yang rentan. Upaya diarahkan untuk meningkatkan cakupan imunisasi rubella pada orang dewasa dan berupa muda yang rentan. Memberikan dosis tunggal vaksin hidup, yaitu virus Rubella yang dilemahkan, dosis tunggal ini memberikan antibodi yang signifikan, yaitu kira-kira 98-99% dari orang yang rentan. Vaksin dikemas dalam bentuk kering dan sesudah dilarutkan harus disimpan dalam suhu 2-80C. Jika diketahui adanya infeksi alamiah pada awal kehamilan, tindakan aborsi sebaiknya diperhitungkan karena terjadinya resiko cacat pada janin sangat tinggi. Pada beberapa penelitian yang dilakukan pada wanita hamilyang tidak sengaja diiimunisasi, kecacatan kongenital pada bayi yang lahir hiduptidak ditemukan, dengan demikian imunisasi yang terlanjur diberikan pada wanita yang kemudian ternyata hamil tidak perlu dilakukan aborsi, tetapi resiko mungkin terjadi dan sebaiknya harus dijelaskan. Keputusan akhir apabila akan dilakukan aborsi diserahkan pada wanita tersebut dan dokter yang merawatnya.



BAB III

a.      Kesimpulan

Cytomegalovirus atau lebih sering di sebut dengan CMV adalah infeksi oportiunistik yang berhubungan dengan HIV. Virus ini dibawa oleh sekitar 50% populasi dan 90% penderita dengan HIV.
Human Cytomegalovirus (HCMV/CMV) atau human herpes virus 5 ditularkan melalui kontak intim dan atau berulang dengan pengidap virus, melalui transmisi vertikaldari ibu ke janin, transfus produk darah dan transplantasi oragan atau sum-sum tulang dan donor sero positif CMV. Virus dapat ditemukan dalam urine, sekresi orofaring, sekresi serviks, vagina, semen, ASI, air mata, dan darah.
Pada manusia sehat dengan kehamilan atau imunokompeten penyakit infeksi CMV seringkali asymptomatik. Gejala yang kadang timbul berupa gejala mirip mononukleus tanpa disertai faringitis, tonsillitis, atau limfadenopati. Sedangkan,
Infeksi virus Rubella merupakan penyakit ringan pada anak dan dewasa, tetapi apabila terjadi pada ibu yang sedang mengandung virus ini dapat menembus dinding plasenta dan langsung menyerang janin. Rubella atau dikenal juga dengan nama campak jerman adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Rubella. Virus biasanya menginfeksi tubuh melalui pernafasan seperti hidung dan tenggorokan. Anak-anak biasanya lebih cepat sembuh dibandingkan orang dewasa.
Gejala-gejala infeksi Rubella : Pembengkakan pada kalenjar getah bening, demam diatas 380C, mata terasa nyeri, muncul bintik-bintik merah diseluruh tubuh, kulit kering, sakit pada persendian, sakit kepala, hilang nafsu makan.


DAFTAR PUSTAKA


Rukiyah, A. Y. (2010). Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Purwakarta: Trans Info Media.


0 komentar:

Posting Komentar